Tiba – tiba jadi keingat beberapa kenangan
tentang Jogjakarta. Entah kenapa ya? Denger nama Jogja itu hati langsung makser gitu. Semacam hati itu adem dan
tentram. Kota penuh dengan sejuta makna untukku, walaupun nggak terlahir dari
sana, tetapi ada rasa memilikinya. Mungkin karena mamaku lahir dan sudah
mendarah daging berada di kota pelajar itu, dulu. Tak hanya sebatas kagum, aku
pun suka.
Aku sekarang kuliah di Gading Serpong,
Tanggerang. Aku juga tidak melanjutkan studiku disana, padahal banyak sekali
universitas bagus dan menjunjung kualitas kehidupanku, tetapi ya itu tadi, aku
mendapatkan beberapa statement yang menjelaskan bahwa begini-begitu-begini-begitu,
termasuk mama dan papaku sempat tidak memperbolehkan. Hal yang tidak adil
untukku, tetapi aku berjalan melintasi waktu “Oh, tidak papa. Aku kuliah
disini, tetapi tetap bisa memiliki Jogja dan tetap bisa kesana kok”
Waktu sore itu, ada orang sepintas jalan
melewati gang depan rumahku dan duduk mengobrol bersama mamaku, aku dengan sok
ide dan ke-kepo-an yang mendalam ikut menimbrung, ternyata dia tetanggaku yang
baru. Dia menanyakan aku akan melanjutkan studi kemana, aku hanya tersenyum dan
mama pun mengatakan:
“Oh, yo sakarepe anak’e wae, dadi wong tuo yo
ngure nurut karo anak karepe neng endi, aku yo ora nyuruh dadi opo – opo ngure
dadi wong sing apik untuk bangsa lan masyarakat,
ya toh?”
*sambil menoleh ke arahku
penuh harapan*
Yang artinya:
“Oh, ya
terserah anaknya aja mau bagaimana, kita jadi orang tua hanya menuruti kata
anak saja inginnya kemana, aku ya nggak nyuruh untuk jadi yang gimana – gimana,
tetapi yang penting menjadi orang baik untuk bangsa dan masyarakat, ya kan”
Ini mama
ada apaan ya tiba – tiba menjadi bijak, HAHA. Emang mama aku itu orangnya bijak
yang benar – benar bijak banget. Salut
dan sayang banget sama mama.
Lalu, tetangga baru itu berkata :
“Jogja itu sudah ndak bagus lg nduk, pilih kota
yang lain wae, toh banyak kota yang lebih berkualitas"
Segelintir orang mungkin kurang memanfaatkan
keindahan kota itu, kota yang penuh dengan kenangan – kenangan akan sejarah
ataupun secuil kehidupan misteri terutama tentang bangsa kita, Bangsa
Indonesia. Nah, disini aku mencoba untuk berpikir, manusia terbentuk menjadi
baik atau tidaknya bukan karena dari bagaimana ia hidup dengan kota tempat ia
bernaung, tetapi dari bagaimana ia bisa
menjaga diri, bisa menghargai diri, termasuk diri sendiri. Gitu. Simple sih.
Tetapi ya itu tadi, karena sebagaian orang sekarang, sudah menanamkan mainset apa yang di lihat bukan dari
personal tetapi langsung kepada obyek yang ada. Itu tuh yang harus masih di bangun
oleh masyarakat dari bangsa kita sendiri.
Walaupun sebagian orang berkata begitu dan aku
juga tidak berstatus sekolah disana, tetapi aku tetap mengaguminya. Dari
budaya, keindahan suasananya, masyarakat jawa, para turis, tempat makannya,
pariwisatanya, kota jogja di malam hari, shopping time di tempat – tempat yang
murah dan berkualitas, semua - semua nya
benar" menggelitik kakiku untuk segera kesana. Ada rindu, ada tawa, ada
semu. Ya, aku bangga bisa berada disana, waktu itu bersama keluargaku. Dan aku
berjuang untuk menghabiskan waktuku disana, nanti setelah semester ini usai.
Walaupun sebentar, setidaknya aku menengok, oh disana ada sejarah bangsaku
juga.
Aku berkata ini, bukan karena keluarga dari
mamaku ada disana semua, tetapi memang benar – benar alami, benar – benar hebat!
Dari pemerintahannya, dari sudut masyarakat pedesaannya yang sungguh – sungguh berkualitas.
Kala pagi, ku dengar ayam berkokok mengisi keheningan pagi meminta sesuap nasi
dari majikannya. Sungguh! Ini hidup. Disana, aku belajar banyak. Bukan hanya
dari kebudayaan yang ada, tetapi juga kehidupan yang sebenarnya.
Sudah puluhan kali aku kesana, dan apa? Nggak
bosan! Nggak tau kenapaaa. Seperti, kecanduan.
Ya, mungkin benar begitu. Semua-semua serba
murah. Bukan hanya karna “murahan”, tetapi memang ciri khas nya begitu.
Istimewa sekali. Belum lagi kalau jalan-jalan ketemu yang namanya GUDEG! Waw!
Itu benar-benar makanan yg cukup mengugah seleraku sebagai orang jawa yang juga
suka makanan manis, seperti aku. *halah. Nggak bosen deh. Sampai-sampai ingin
memiliki suami pun orang Jogja. *AMIN! Itu udah mainset banget. Bukan ansos sih,
tetapi mungkin lebih kepada cinta satu daerah itu ya.
"Yo
nduk, neng kono kan ora adoh karo seludur, nek urip eneng jeroane, ya
toh?"
Ucap
salah satu keluargaku, saat itu, empat tahun yang lalu.
Hingga saat inipun aku masih ingin tetap berada
disana dan ingin tetap menikmatinya, walaupun aku tidak bisa menikmati
seutuhnya, tetapi setidaknya aku juga berusaha menjaganya dari sini, dan
menguntai lukisan indah di atas kain kanvas tentang kehidupan sejarah disana.
Pengen banget jaga kebudayaan yg sudah di
turunkan turun temurun itu. Bukan hanya Jogjakarta saja, tetapi juga ingin mengetahui
kebudayaan yang lain, tetapi aku baru mengerti tentang Jogja. Lain waktu, aku
ingin menguasai satu Indonesia untuk hidupku. Dan sempat terlintas “Haduh,
nggak mau deh keliling keluar negeri sebelum keliling ke negara sendiri” Karena
aku pikir, budaya Indonesia pun banyak yang bagus dan mendukung. Tak hanya dari
segi budayanya, alamnya pun banyak yang mendukung. Jadi tunggu apalagi, marilah
kita membudayakan diri untuk cinta tanah air Indonesia.
For Jogja…
Mungkin kita sudah jodoh, Jogja. :')
20 Maret 2013 | 12:33 AM
*di keheningan pagi yang merindu*
YIEN
0 komentar:
Posting Komentar