Minggu, 02 Februari 2014

Posted by Unknown |

Waktu. 
Aku pernah membencimu sekian tahun lamanya. Entah, menurutku kamu begitu menggerogoti seluruh 'isi pikiranku' termasuk hatiku. Hati yang kau 'diamkan' bertahun-tahun lalu lelah dengan sendirinya. 

Sejak aku mengikuti perlombaan waktu itu, tak membuat aku menyesal mengenalmu hingga detik ini. Jujur. Hingga kali ini pun aku masih tak menyangka Tuhan akan mempertemukan aku dan kamu sedini mungkin. Jika aku sadar, kamu terlampau jauh dariku. 

Lucu. Ya, hanya hal itu yang kemudian menjadi kenangan tersendiri dalam memoriku. Perkenalan yang bisa dikatakan begitu sederhana dan konyol. Aku mengetik sebuah pesan singkat kepadamu siang itu, aku mencari - cari hingga bertanya pada semua sudut tentangmu. Ketemu! Bergegas aku bergerak mencari handphoneku dan 'mulai mengajakmu berkenalan'. Sungguh, aku tak tahu malu. 

Kita tak pernah bertemu. Hanya aku yang pernah melihatmu, tetapi kau tidak. Ya, itupun terbayang samar - samar dalam ingatanku. Seingatku, terakhir aku melihatmu ketika kita sama-sama mengikuti lomba itu. Kau memenangkan perlombaan itu. Aku kembali kagum. 
Kagumku yang ku simpan selama ini, ku biarkan terpendam jauh dalam lubuk hatiku. Tak ku sampaikan padamu, tak berani ku katakan padamu. Aku mengaku tak pantas untukmu. Belum lagi di tambah umurku yang masih sangat belia, waktu itu. Minder? Jelas. Kau sempurna. 

Pernah kita mencoba bertemu dalam sudut ruang dan waktu yang tersetting dalam rencana kita berdua. Kenangan ketika kita pergi nonton bersama, makan, pergi ke warnet hanya untuk menemani mu nugas, hingga kegiatan lain yang sulit untuk ku ungkapkan. Terlalu banyak. Terlalu indah. Hingga suatu saat, kau menghilang tiba - tiba dalam kehidupanku. Bertahun - tahun lamanya. Aku menemukanmu ketika kau sudah memiliki wanita lain di hatimu. Aku turut bahagia kala itu. Aku pikir, aku yang akan menjadi terakhir ternyata bukan. Oh, mungkin Tuhan belum memberikan kita waktu yang tepat untuk bersama. Setelah bertahun - tahun aku mencarimu, yang ku temukan kau berbahagia dengannya. Aku ikhlas. Aku memutuskan untuk pergi. Ya, benar - benar pergi meninggalkanmu. Selamanya. 

....

2013.
Pagi itu aku terbangun dalam tidurku setelah semalaman aku mengetik cerita untuk novelku yang ketiga. Seperti biasa, pagi hari yang ku cari adalah handphoneku. Ku lihat ada direct message di twitterku. Itu kamu. 
*perbincangan pun berlanjut hingga akhirnya kamu meminta nomorku dan pin bbku*

Kau tak lagi bersamanya. Kau sendiri. Aku bahagia? Tidak. Karna aku memiliki yang lain. Kau datang disaat yang tidak tepat. Aku mulai menjauh darimu. Aku mulai menyadari kehadiranku tak lagi berarti di matamu. Mengapa kau datang kembali? Aku ingin melupakanmu jauh dari hatiku. Kau datang seolah memintaku untuk 'meladenimu' dan 'menjamahmu' layaknya raja diatas tahta. Aku tak bisa. Dia kekasihku juga, kau? Kau tak pernah ungkapkan rasa itu. Salahmu. Oh bukan, iya salahku. Maaf. 
Ini salah "persahabatan" kita yang sudah bertahun-tahun.

Hingga saat ini aku hanya bisa mengais harapan kecil diatas kepalsuan nafsu pikiranku tentangmu. Hubunganku mulai merenggang dengannya karna perbedaan yang tak direstui. Saat ini hanya kau yang memiliki persamaan denganku. Kita seadat, kita seiman bahkan kita 'bisa untuk bersama'.
Kala seperti ini kau tetap ada untukku. Kau tetap berada di sampingku. Menemaniku. Memberiku advice. Memberiku hati dan harapan. Mengapa kau lakukan ini kepadaku? Haruskahku meninggalkannya demimu? Apakah kau akan memilihku setelah semuanya aku tinggalkan? Aku tak tahu jawabannya.

Kau dan Tuhan 'kita' adalah JURU KUNCI-nya.  


From: 
Amel (nama disamarkan)

Cerita dari beberapa surat 
Sudut Bangku-Senja 


0 komentar:

Posting Komentar