Senja.
Mengapa aku begitu mengaguminya tanpa syarat?
Mengapa aku terlalu tertarik untuk melihat
warnanya dari bilik sudut bangku tuaku ini?
Mengapa kemudian ada rasa nyaman ketika aku bisa
melihatnya pergi begitu saja dengan keindahan pancarannya?
Mengapa kembali aku bisa mengaguminya tanpa aku
harus bisa membencinya, padahal kau tau dia akan pergi begitu saja bersama
malam?
Mengapa aku selalu meluangkan waktuku untuk
melihatnya lagi di esok hari tanpa meminta apapun darinya?
Mengapa aku selalu terlihat bodoh di hadapannya,
padahal kau tau ia pun tak dapat berbicara banyak padaku mengenai waktu?
Mengapa ia begitu tercipta sempurna oleh si
peracik?
Mengapa ia hilang namun berjanji akan datang esok
hari demiku?
Mengapa aku selalu mempercayainya, padahal bisa
saja besok ia telah tenggelam bersama badai dan hujan?
Mengapa aku seperti orang yang paling bodoh untuk
menunggu kepastian dari ketidakpastiannya?
Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Selalu kata mengapa yang terlontar ketika aku diam
sembari melihatnya pergi yang terbias dibalik mataku
Entah.
Aku pun bingung,
aku hanya tahu bahwa si peracik akan selalu
sediakan senja yang baru untukku
untukku.. ya untukku..
untuk ku pandangi, untuk ku miliki, untuk ku
kagumi kembali
walau aku tahu si peracik akan tetap memberikan
senja yang sama seperti hari kemarin
namun, aku tetap merasa itu semua berbeda.
Mungkin kau akan mengatakan hal yang sama dengan
mereka
“dia tidak berubah, senja”
Bagi ku tidak! Ia selalu berubah setiap harinya,
Warnanya, pancarannya, lokasi dimana aku
mendapatkannya, dan
Suasananya..
Biar mereka berkata apa tentangku dikala menjelang
senja
Namun, aku hanya percaya waktu atas si peracik
Aku percaya ia akan memberikan yang terbaik
untukku,
yang selalu menunggu senja.
untukmu,
yang tenggelam dalam
keambiguan senja
dari orang yang
mengagumimu,mas