Rabu, 12 Februari 2014

Posted by Unknown |
BAB 1 ( Sepucuk Teh di Tangkai Kehidupan) 

Jakarta, Mei 2000…


Cakrawala nampak cerah hari ini. Terlihat dari pancaran warna biru kelabu diatas sang mega. Di selimuti dengan suara desiran angin dan kicauan burung yang membuat hati tentram. Di bangku coklat keemasan itu, seorang pria tinggi nan tampan terlihat duduk manis seperti menunggu waktu. Matanya tetap saja memandang jam tangan yang selalu menghiasi tangannya. 
Tak ada alasan lagi baginya kali ini untuk pergi meninggalkan kota. Kota dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Kota dimana dia menemukan bibit asmara dan kenangan terindah bersama orang yang paling membuatnya bahagia, JAKARTA.
Masa depannya telah tertutup, bukan disana tempat dia mengapai sang mentari, bukan pula disana tempat ia menuangkan ide-ide untuk meraih lukisan indah di atas kanvas polos dan bukan disana lagi ia mengakhiri labuhan dermaga hatinya.


- Sepenggal awal dari Novel DUA (Bab I)
- By: Yosephina Indah 

0 komentar:

Posting Komentar