Rabu, 18 Juni 2014

Posted by Unknown |



Sore itu, aku terdiam bersama bangku senja. Bangku dimana biasa aku mengilas kenangan dengan melihat senja yang kemudian pergi tanpa pernah ku meminta.

Sembari melihatnya pergi, perlahan otakku bekerja, ia kembali mengingatkanku pada tujuh tahun yang lalu. Kembali mengulas memori yang pernah ku simpan rapat rapat dalam selimutku,selimut otakku.
Memori yang tak pernah bisa kulupakan dalam bingkai kehidupan. Memori yang selalu tersimpan, terjaga dan tertutup rapat dalam jendela mataku.
Di balik tepisan cahaya senja yang membentuk bayanganku, kembali aku tersenyum mengingat memori itu.
Tujuh tahun lalu, kita masih sering bersama.
Tujuh tahun lalu, kita masih melukis kenangan untuk hari ini, untuk detik ini.
Tujuh tahun lalu, kita masih duduk di bangku kelas yang penuh dengan kebahagiaan tanpa beban.
Dan Tujuh tahun lalu, aku mengenalmu.

Ku teringat, dimana kita menikmati kebersamaan dengan ceria. Canda dan tawa pun seolah mewarnai hari kita yang bermakna. Kita berjalan, kita menggenggam, kita merasakan.  
Kini, kembali aku menyadari. Mengapa tujuh tahun lalu kita rela berdebat untuk ini?
Ternyata, kertas dengan sejuta warna tinta yang pernah kita lukiskan bersama, membawa makna hari ini, membawa cinta hari ini, dan membawa kenangan untuk kita, hari ini.

Kini, kembali aku menyadari.Mengapa tujuh tahun lalu kita rela meluangkan waktu bersama tanpa peduli orang berkata apa tentang kita. Ternyata, ini jawabannya. Kita sadar bahwa kita akan berpisah, tanpa pernah tau kapan waktu akan mengulang kembali kisah kita. tanpa pernah tau kapan lagi kita menciptakan mimpi bersama . tanpa pernah tau kapan lagi kita akan saling menggenggam dalam kehangatan cinta.. Cinta seorang sahabat.

Beribu senyum perlahan terlintas dalam keheningan. Aku masih bersama bangku senja. Aku masih melukis memori indah di masa lalu. Memori yang tak terasa, pergi meninggalkan segala senyuman dibalik kita. Aku ingin memeluknya, mengambilnya kembali untukku sekarang, dan menggenggamnya bersama.

Senja sudah tak terlihat, aku kembali sadar, aku harus pulang. Dan merelakan rindu akan memori kita terhempas begitu saja tanpa ku tahu harus membawanya kemana. Aku hanya bisa menulis dalam buku sejarahku, jika kamu pernah bermakna dalam kehidupanku, jika kamu pernah menjadi kisahku dan akan selalu menjadi sahabatku, selamanya

Puisi ini ku persembahkan untuk sahabatku yang sudah setia bersamaku, Risma Lestari dan Clara Widya. Terimakasih, sahabat.


0 komentar:

Posting Komentar