Selasa, 13 Agustus 2013

Posted by Unknown |
Tuhan adalah gembalaku 
Takkan kekurangan aku
Ia membaringkan aku 
Di padang berumput hijau 

Ia membimbingku ke jalan yang benar 
Ia menyegarkan jiwaku 
Ia menuntunku ke arah yang benar 
Oleh karna, Namanya...

Sekalipun.. 
Aku berjalan dalam lembah kekelaman 




Lirik lagu sekolah minggu. 
Pagi ini denger lagu itu di salah satu stasiun radio. 
Rindu menjadi anakanak :') 

Posted by Unknown |
Sore itu aku membangunkan niat yang mulai setengah 'meng-iya-kan' keinginan ku untuk mampir sejenak ke Bangku Senja (Postingan beberapa pekan lalu). Suasananya pun masih tak berubah walau sudah sekian lama aku tidak mampir ke tempat ini. Dingin, sejuk, nyaman, tentram, sepi, dan damai. Seperti biasa yang dulu aku juga pernah lakukan adalah bercerita kepada Bangku Senja tentang keluh kesahku menghadapi dunia yang kejam. Sampai aku bisa meneteskan air mata kesakitan tepat dibalik matahari dan pohon yang besar itu, kemudian perlahan melihat buku diariku sudah penuh dengan tetesan itu. Namun, masih terasa ada yang kurang saat aku berada disana. Jujur, aku merindukan makhluk ciptaan-Nya beberapa bulan yang lalu. Biasanya ia datang saat aku mampir ke Bangku Senja dan mendengarkan semua celotehanku tentang kehidupan. Kali ini aku rasa dia telah menemukan pasangan hidupnya. Atau mungkin, ia sibuk sehingga tidak bisa berdiam sejenak mendengarkanku. Ah, aku paham. Dia juga makhluk ciptaan-Nya yang boleh bebas kemana saja, merasakan indahnya dunia diluar sana. Menikmati udara segar, melintasi berbagai negara bahkan benua, memeluk sunset dan mencintai sunrise, dan yang jelas ia dibebaskan untuk memilih apa yang terbaik untuk hidupnya. Ya kan? Iyalah! Dia makhluk yang sungguh beruntung bahkan jika aku dapat di lahirkan kembali, aku hanya ingin seperti dia, bisa mengepaskan sayap dan terbang kemanapun aku suka, melupakan masalah, lari dari kenyataan dan bahkan bisa meninggalkan semua yang ada sekarang. 

Tetapi, kembali lagi. Aku tahu aku tidak sendiri, bangku senja ini juga sama sepertiku. Dia hanya sebuah bangku berukuran sedang, kusam, kotor, bau, dan tidak terawat. Kalau dia bisa berbicara mungkin dia ingin seperti makhluk ciptaan-Nya itu. Sudah aku sukuri semua apapun yang ada sekarang bersama bangku senja. Walaupun aku merasa sepi dan ada teka teki dibalik senja tetapi aku tetap harus selalu tersenyum agar aku tidak memudarkan senyum yang terpancar sore ini, di tempat ini. Cukup bahagia untukku melihat sekitarku bahagia dan itu karna senyumanku yang begitu menguatkan posisi mereka, bangku senja. Aku harap aku selalu bisa duduk, menulis, lalu berceloteh lagi di tempat ini hingga aku kembali dan semua yang ku mau tetap sama, ada makhluk ciptaan-Nya. :) 


Postingan 'Di Bangku Senja' beberapa pekan lalu. 
http://indah-neef.blogspot.com/2013/06/di-bangku-senja.html


*Di balik catatan Bangku Senja* 
13 Agustus 2013 
YIEN