Kembali dalam sebuah alunan lagu senja itu. Seperti biasa, aku sambil menikmati indahnya pemandangan yang begitu memanjakan mata. Hidangan segelas kopi hangat dan roti bakar kesukaanku pun tetap setia berada dihadapanku saat ini. Sendiri, ya begini kegiatan yang selalu aku lakukan ketika mencoba melarikan diri dari segala kesibukanku sehari - hari. Menurutku dengan duduk lalu menikmati pemandangan dengan ditemani secangkir kopi hangat kesukaanku itu sudah sangat istimewa. Suasana yang selalu dirindukan setiap tahunnya, bahkan aku jarang melakukannya. Biasanya, aku ditemani dengan seseorang pria yang juga "hampir" memiliki hobby sama. Sayangnya, saat ini Ia sedang merantau ke negeri seberang untuk menafkahi keluarganya, katanya. Entahlah, sahabat yang satu itu memang begitu "getol" mencari sesuap nasi tetapi aku bangga, Ia tetap istimewa.
Abaikan sedikit mengenainya. Kembali aku merajut angan dengan asa. Aku belum menemukan jawabannya setelah kopiku habis tiga gelas, entah mengapa. Sepertinya saat ini aku mulai gila. Tidak biasanya aku menghabiskan secangkir kopi begitu cepat. Mungkin rasa kopi di toko ini yang enak. Mungkin...
Aku memiliki banyak sekali teka teki kehidupan, melihat dari beberapa sudut bercerita tentang masalahnya satu per satu. Aku biasa, bahkan aku sudah memiliki julukan sendiri "si gadis penakluk cinta" dari beberapa orang yang memiliki pengalaman berbeda. Tetapi, kali ini aku rasakan ada yang berbeda dari satu makhluk ciptaannya ini. Entah apa yang berbeda, tetapi aku mulai merasakannya. Ia benar - benar berbeda.
Kembali aku mencoba mengingat beberapa memori terekam yang datang segilintir menghadangku beberapa waktu lalu. Aku tahu, ada tekanan sendiri dalam batinnya. Perlahan aku mencoba masuk kedalam kehidupannya, satu per satu. Langkah demi langkah. Tidak pernah berhasil. Gagal. Dan lagi.
Nyatanya, selama ini aku biasa masuk ke lahan orang tanpa disuruh, tetapi kali ini justru aku dipaksa untuk berada di luar lahan sambil menunggu petani datang dan memberikan hasilnya kepadaku, layaknya "pembeli". Tidak dapat ku pecahkan sendiri juga rupanya. Mungkin aku butuh waktu untuk menyelesaikannya. Sedikit demi sedikit aku akan bisa menjadi "petani dalam ladangnya"
Tak terasa sudah sembilan jam aku berada disini untuk duduk dan menikmati senja hingga tak terlihat lagi...
"Permisi Bu..." ucap salah satu wanita pelayan di toko ini sambil mengelus pundakku.
"Ahh.. Iya mbak. Ada apa?" jawabku sedikit tercengang-cengang, ya aku dalam kondisi setengah sadar. Aku tertidur.
.....
"Maaf Mbak.. Saya akan segera pulang. Terimakasih. Selamat Pagi" lanjutku.
Wanita itu hanya tersenyum dan aku tahu, ia mengerti... Jawabannya.
Abaikan sedikit mengenainya. Kembali aku merajut angan dengan asa. Aku belum menemukan jawabannya setelah kopiku habis tiga gelas, entah mengapa. Sepertinya saat ini aku mulai gila. Tidak biasanya aku menghabiskan secangkir kopi begitu cepat. Mungkin rasa kopi di toko ini yang enak. Mungkin...
Aku memiliki banyak sekali teka teki kehidupan, melihat dari beberapa sudut bercerita tentang masalahnya satu per satu. Aku biasa, bahkan aku sudah memiliki julukan sendiri "si gadis penakluk cinta" dari beberapa orang yang memiliki pengalaman berbeda. Tetapi, kali ini aku rasakan ada yang berbeda dari satu makhluk ciptaannya ini. Entah apa yang berbeda, tetapi aku mulai merasakannya. Ia benar - benar berbeda.
Kembali aku mencoba mengingat beberapa memori terekam yang datang segilintir menghadangku beberapa waktu lalu. Aku tahu, ada tekanan sendiri dalam batinnya. Perlahan aku mencoba masuk kedalam kehidupannya, satu per satu. Langkah demi langkah. Tidak pernah berhasil. Gagal. Dan lagi.
Nyatanya, selama ini aku biasa masuk ke lahan orang tanpa disuruh, tetapi kali ini justru aku dipaksa untuk berada di luar lahan sambil menunggu petani datang dan memberikan hasilnya kepadaku, layaknya "pembeli". Tidak dapat ku pecahkan sendiri juga rupanya. Mungkin aku butuh waktu untuk menyelesaikannya. Sedikit demi sedikit aku akan bisa menjadi "petani dalam ladangnya"
Tak terasa sudah sembilan jam aku berada disini untuk duduk dan menikmati senja hingga tak terlihat lagi...
"Permisi Bu..." ucap salah satu wanita pelayan di toko ini sambil mengelus pundakku.
"Ahh.. Iya mbak. Ada apa?" jawabku sedikit tercengang-cengang, ya aku dalam kondisi setengah sadar. Aku tertidur.
.....
"Maaf Mbak.. Saya akan segera pulang. Terimakasih. Selamat Pagi" lanjutku.
Wanita itu hanya tersenyum dan aku tahu, ia mengerti... Jawabannya.
Cerita dari beberapa surat
Sudut Bangku-Senja